[iklan]

Teori Konsep: Analogi, Metafora, Hakikat-hakikat, Konsep Pragmatik, Cita-cita

Analogi (memperhatikan hal-hal lain)

Analogi dapat membantu dalam mengenali hubungan yang mungkin terjadi antara objek yang memiliki karakteristik yang diinginkan. Sebagai contoh, pada suatu waktu, dipercayai bahwa arsitektur model gotik adalah pilihan yang tepat untuk gereja, akademi, dan universitas. Sementara itu, model Doris Yunani dianggap sesuai untuk bangunan bank, dan Basilika St. Peter dianggap sebagai model yang cocok untuk gedung Dewan Perwakilan Rakyat.


Dalam konteks ini, analogi digunakan sebagai alat untuk memahami dan menggambarkan kesesuaian antara jenis arsitektur dan fungsi bangunan. Analogi semacam ini membantu dalam membuat pilihan yang tepat berdasarkan karakteristik yang diinginkan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menciptakan suasana yang sesuai atau memberikan citra yang diinginkan. Oleh karena itu, penggunaan analogi dalam pemilihan model arsitektur dapat membantu dalam merancang bangunan yang tidak hanya estetis tetapi juga berfungsi secara optimal sesuai dengan kebutuhan spesifiknya.

2. Metafora (memperhatikan abstraksi-abstraksi)

Metaphora, atau kiasan, merupakan cara untuk mengenali keterkaitan antara dua objek atau konsep yang dilihat sebagai serupa. Perumpamaan, salah satu bentuk metaphora, menggunakan kata-kata seperti "seperti" atau "bagaimana" untuk menyatakan suatu hubungan yang serupa. Sementara perumpamaan cenderung mengidentifikasi pola hubungan yang sejajar atau serupa, analogi, sebagai bentuk lain dari metaphora, fokus pada mengenali hubungan kenyataan yang dapat ditujukan kepada objek yang bersangkutan.

Sebagai contoh, perumpamaan dapat digunakan untuk menyatakan bahwa "hidup ini seperti gulungan roller coaster," di mana kata "seperti" menyoroti keterkaitan atau kemiripan antara pengalaman hidup dan sensasi naik roller coaster. Di sisi lain, analogi dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua situasi yang mungkin tidak terlihat mirip secara langsung, tetapi memiliki keterkaitan dalam konteks tertentu, seperti mengatakan bahwa "mengelola bisnis adalah seperti menavigasi kapal di lautan bisnis yang kompleks."

Dengan memahami perbedaan antara perumpamaan dan analogi, seseorang dapat lebih efektif menggunakan kiasan untuk menyampaikan pemahaman atau memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai suatu konsep. Perumpamaan memberikan gambaran langsung, sementara analogi membangun hubungan antara dua konsep yang mungkin tidak tampak serupa pada pandangan pertama. Dengan demikian, pemahaman yang cermat terkait dengan penggunaan metaphora dapat memperkaya cara kita berkomunikasi dan menyampaikan ide.

3. Hakikat-hakikat (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)

Inti dari merinci dan menfokuskan aspek-aspek yang kompleks adalah untuk menghasilkan penjelasan yang jelas dan singkat. Proses ini melibatkan pemahaman yang mendalam untuk mengidentifikasi aspek yang paling esensial dan intrinsik dari suatu masalah, termasuk objek yang sedang dianalisis. Selain itu, memberikan gambaran tentang hakikat suatu hal juga dapat berasal dari penemuan dan identifikasi akar masalah yang mendasari. Dengan demikian, esensi dari merinci hakikat suatu hal adalah kemampuan untuk menyajikan informasi dengan fokus pada elemen-elemen yang krusial dan mencerminkan esensi keseluruhan dari suatu konteks atau permasalahan yang tengah dihadapi.

4. Konsep Pragmatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)

Tidak semua konsep dapat mencakup esensi dari seluruh proyek atau menggambarkan semua fungsi dan kegiatan dalam sebuah bangunan. Konsep-konsep dapat berkembang berdasarkan pertimbangan yang lebih pragmatis, yang seringkali dengan jelas teridentifikasi dalam program pembangunan. Banyak arsitek juga mengutamakan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah konkret yang dihadapi klien-klien mereka.

Ada sebagian individu yang memandang pendekatan pragmatis sebagai sumber motivasi yang kuat, dan sejumlah perancang cenderung menghindari pengembangan konsep secara berlebihan, lebih fokus pada pemecahan masalah yang ada, sambil tetap menjaga kreativitas mereka. Pendekatan ini memungkinkan fokus pada solusi konkret yang dapat diterapkan dengan lebih tepat sesuai kebutuhan, memastikan bahwa konsep yang diusulkan benar-benar memenuhi tujuan praktis proyek dan keinginan klien.

5. Cita-cita (memperlihatkan nilai-nilai umum)

Para arsitek membawa konsep yang dianggap ideal dalam menangani suatu proyek. Keseriusan mereka dalam membawakan konsep yang tepat dapat mendapatkan pujian, sementara kesalahan dalam pemilihan konsep dapat menyebabkan prakonsepsi dan meragukan kewenangan dasar mereka. Konsep ideal yang diusung oleh arsitek mencerminkan aspirasi dan cita-cita tertinggi mereka terhadap proyek yang sedang dihadapi.

Dalam praktiknya, arsitek dituntut untuk memiliki kepekaan dan kecerdasan dalam memilih konsep yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan proyek. Konsep tersebut menjadi dasar untuk merancang dan mengembangkan suatu bangunan atau ruang, sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil akhir. Kualitas konsep yang tepat tidak hanya mencerminkan kemampuan profesionalitas arsitek, tetapi juga dapat menjadi landasan untuk mendapatkan dukungan dan persetujuan dari pihak terkait, termasuk klien dan pihak berwenang.

Seringkali, arsitek harus melibatkan berbagai elemen seperti fungsi, estetika, dan keberlanjutan dalam membentuk konsep ideal. Aspirasi dan cita-cita yang tertanam dalam konsep tersebut juga dapat mencakup nilai-nilai budaya, ekologis, atau sosial yang diinginkan oleh arsitek dalam menyumbangkan kontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Pentingnya konsep ideal tidak hanya terbatas pada fase perencanaan, tetapi juga dapat memengaruhi pelaksanaan dan penerimaan proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, arsitek perlu memastikan bahwa konsep yang dibawa memiliki kejelasan, konsistensi, dan relevansi terhadap konteksnya. Keselarasan konsep dengan visi keseluruhan proyek dapat membantu menciptakan bangunan atau ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memenuhi harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam dunia arsitektur, konsep ideal yang berhasil membawa proyek menuju keberhasilan adalah cerminan dari pemahaman mendalam arsitek terhadap tantangan dan peluang yang dihadapi. Oleh karena itu, dalam setiap langkah perancangan, arsitek perlu mempertimbangkan dengan cermat konsep yang diusungnya, menggambarkan dedikasi mereka terhadap kualitas dan keberlanjutan dalam lingkup pekerjaan arsitekturalnya.

..... Selengkapnya - FILOSOFI : PERANCANGAN PERKANTORAN PADA ASPEK ARSITEKTUR

Catatan Sementara

 
© - Catatan Afandi Kusuma | Buku.suwur | Furniture.Omasae | JayaSteel | OmaSae | Alat Pesta + Wedding | Galvalum | DepoAirIsiUlang | Seluruh Arsip